Terjadi kehancuran / resesi ekonomi di seluruh penjuru negara dunia karena nilai rupiah dipanjer tetap keadaan Rp. 15.000 per dollar walaupun seharusnya Rp. 1 bisa $1 ke atas. Akhirnya saya masih sebagai wakil dunia memberi saran ke seluruh pemimpin negara di dunia untuk memboikot pertukaran rupiah di luar negara saya (indonesia) agar tidak bisa tukar rupiah di luar negeri dan mematok nilai rupiah wajar harga pasar semisal Rp. 1 rupiah senilai +40.000 dollar di luar negeri, kecuali Amerika (mata uang Dollar) manjer nilai Euro untuk Rupiah. Beberapa detik kemudian di Bank Sentral seluruh dunia terjadi keseimbangan ekonomi.
Kepikiran untuk memperbanyak jumlah peredaran uang di masyarakat tanpa batas, akhirnya ada ide untuk menjual kertas bekas, emas, perak, dan buah ke Bank Sentral di seluruh negara di dunia kecuali Indonesia, ternyata sukses karena buah tersebut bisa dijual ke pengusaha buah olahan dengan harga murah, kertasnya bisa digunakan untuk pencetakan uang.
Timbul ide untuk memakai satu mata uang di seluruh dunia kecuali Indonesia, setelah melalui pertimbangan ternyata Euro lebih cocok karena tidak ada nilai serial di uangnya. Akhirnya melalui acara Review Presiden saya sarankan untuk membeli hak paten pencetakan mata uang euro di Negara Prancis termasuk palestina, dan sukses alhamdulillah.
Dari kepikiran timbul ide untuk menghilangkan suku bunga karena harga jual dan beli tidak seimbang, apalagi jika kekurangan mata uang asing di bank sentral negara. Suku bunga tersebut diganti dengan Fee (alias biaya cetak) sekitar 2 cent per l mata uang, sehingga harga uang bisa stabil dan tidak berhutang banyak ke luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar